PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatatkan pendapatan sebesar USD1,34 miliar per kuartal III-2024 atau setara Rp21,98 triliun. Angka itu turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD1,36 miliar.
Direktur DOID, Iwan Fuad Salim mengatakan, pendapatan perseroan masih stabil meski menghadapi gangguan operasional yang disebabkan oleh peningkatan curah hujan di Indonesia dan Australia, yang masing-masing meningkat sebesar 38 persen dan 53 persen.
Inisiatif pemulihan setelah hujan atau recovery after rain yang efektif membatasi penurunan pengupasan tanah (OB removal) menjadi hanya 9 persen year on year, sementara produksi batu bara meningkat 3 persen, mencerminkan efektivitas strategi mitigasi dan ketahanan operasional.
“Periode selama sembilan bulan di 2024 menjadi fase penting lainnya dalam perjalanan transformasi kami, yang ditandai dengan pencapaian-pencapaian signifikan yang memantapkan langkah kami menuju pertumbuhan berkelanjutan,” kata Iwan dalam keterangan resminya, Jumat (20/12/2024).
Di samping itu, penguatan nilai tukar Rupiah (IDR) dan Dolar Australia (AUD) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), bersama dengan stabilnya tingkat Secured Overnight Financing Rate (SOFR), membuat perseroan mampu mengelola tekanan keuangan dengan lebih efektif.
Sepanjang sembilan bulan ini, biaya keuangan DOID meningkat sebesar 20 persen secara tahunan akibat investasi berorientasi masa depan, yang menyebabkan kerugian bersih USD17,4 juta. Angka itu membaik signifikan dari kerugian bersih sebesar USD26,6 juta pada semester pertama.
“Fokus teliti kami pada keunggulan operasional, ekspansi geografis, diversifikasi komoditas, dan keberlanjutan menempatkan kami pada posisi kuat di lanskap pertambangan global,” ujar Iwan.
DOID mencatatkan sejumlah capaian yang mendorong pertumbuhan kinerja saat ini sampai beberapa tahun ke depan, seperti perpanjangan kontrak 11 tahun senilai USD7,8 miliar dengan PT Indonesia Pratama (IPR), anak perusahaan Bayan Group, perpanjangan kontrak dua tahun senilai AUD 200 juta untuk Tambang Meandu di Australia dengan TEC Coal Pty Ltd, serta kontrak baru sepanjang usia tambang senilai USD755 juta dengan PT Persada Kapuas Prima (PKP) di Kalimantan Tengah.
Kemudian, perseroan juga mengakuisisi saham mayoritas di Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang menandai ekspansi DOID ke pasar Amerika Serikat sekaligus memperluas bisnis menjadi pemilik tambang.
Hasil keuangan dan kinerja ACG, yang berbasis dalam mata uang USD, sehingga bebas dari risiko nilai tukar dan fluktuasi mata uang.
Selanjutnya, DOID juga telah menandatangani perjanjian mengikat untuk mengakuisisi 51 persen saham di Dawson Complex, salah satu tambang batu bara metalurgi terbesar di Australia.
Selain itu, DOID meningkatkan kepemilikan sahamnya di 29Metals Limited, perusahaan tambang logam dasar dan logam mulia berbasis tembaga di Australia, sebagai bagian dari upaya mendorong diversifikasi ke logam dasar dan logam mulia serta mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.
“Melalui akuisisi strategis, raihan kontrak signifikan, dan diversifikasi lebih lanjut ke batu bara non-termal dan logam dasar, kami membangun bisnis yang terdiversifikasi dan future-ready, yang memberikan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan,” tutur Iwan.
Source : idxchannel.com